Senin, 19 November 2018

Sastra Angkatan 2000


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
        
Sastra suatu bangsa dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan, begitu juga dengan kesusastraan Indonesia. Perkembangan ini ditandai dengan periode-periode yang memiliki ciri khasnya sendiri. Periode sastra adalah kesatuan waktu dalam perkembangan sastra yang ditandai dengan suatu sisitem norma tertentu (Sutresna, 2006: 38). Periode sastra ini erat hubungannya dengan angkatan-angkatan sastra yang menempati periode-periode tersebut.
         Penyusunan periodisasi sastra Indonesia memunculkan nama angkatan. Salah satu nama angkatannya, yaitu Sastra Angkatan 2000 yang disebut juga sastra mutakhir. Lahirnya Sastra Angkatan 2000 karena tidak berhasil dikukuhkannya sastra angkatan 90-an sebagai Angkatan Reformasi, sehingga Korrie Layun Rampan melempar wacana lahirnya Sastra Angkatan 2000.
Seringkali sulit membedakan antara Sastra Angkatan 2000 dengan Sastra Angkatan 90, karena ciri-ciri dari kedua angkatan ini memiliki beberapa persamaan. Selain itu beberapa sastrawan Angkatan 2000 masuk juga ke dalam sastrawan Angkatan 90. Oleh karena itu, penyusun membuat makalah dengan  judul “Sastra Angkatan 2000” agar masyarakat tidak kabur pandangan mengenai Sastra Angkatan 2000. Hal-hal yang terkait dengan Sastra Angkatan 2000 akan dibahas pada makalah ini.

1.2   Rumusan Masalah

        Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang didapat adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana latar belakang munculnya Sastra Angkatan 2000?
2.      Apa saja ciri-ciri Sastra Angkatan 2000?
3.      Siapa saja sastrawan yang termasuk ke dalam Angkatan 2000?

1.3  Tujuan

                   Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.         Untuk mengetahui latar belakang munculnya Sastra Angkatan 2000.
2.         Untuk mengetahui ciri-ciri Sastra Angkatan 2000.
3.         Untuk mengetahui sastrawan yang termasuk ke dalam Sastra Angkatan 2000.

1.4  Manfaat

   Berdasarkan tujuan di atas, manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.         Bagi Mahasiswa
Untuk dijadikan sebagai referensi dalam aspek kognitif dalam meningkatkan pengetahuan mengenai periodisasi sastra terutama Sastra Angkatan 2000.
2.         Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan mengenai Sastra Angkatan 2000.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Lahirnya Sastra Angkatan 2000
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan  Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘juru bicara’. Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan 2000 (Kosasih, 2008: 28).
Pada masa ini, banyak sekali muncul pengarang wanita. Mereka umumnya menulis dengan ungkapan perasaan dan pikiran yang tajam dan bebas. Ada di antara mereka yang berani menampilkan nuansa-nuansa erotik, bahkan hal-hal yang seksual, yang justru lebih berani dibandingkan dengan sastrawan pada umumnya.
Karya-karya yang cenderung berani dan vulgar, seperti novel karya Ayu Utami, Saman. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka, bahkan vulgar, membuat Ayu Utami lebih menonjol daripada pengarang-pengarang lainnya. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung yang merupakan lanjutan Saman. Sebagai pengimbang atas maraknya karya-karya yang vulgar dan novel-novel teenlit yang mengadopsi begitu saja moral pergaulan yang serba bebas, namun pada masa ini tidak hanya muncul karya yang bersifat vulgar tetapi juga muncul karya-karya yang bernuansa religius, seperti prosa liris karya Linus Suryadi, Pengakuan Pariyem.
2.2 Ciri-Ciri Sastra Angkatan 2000
Menurut Korrie Layun Rampan (dalam Mujiyanto & Fuady, 2014: 148), sastrawan produktif dekade 80-an yang terus aktif berkarya hingga kini, sastra Angkatan 2000 memiliki ciri sebagai berikut:
1.        Pilihan kata diambil dari bahasa sehari-hari yang disebut bahasa “kerakyatjelataan”.
2.        Mengandung revolusi  tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret.
3.        Penggunaan estetika baru yang disebut antroforisme (gaya bahasa yang berupa penggantian tokoh manusia sebagai aku lirik dengan benda-benda)                         .
4.        Penciptaan interaksi masal dan hal-hal yang yang bersifat individual.
5.        Komposisi dibangun dalam pengaturan partisipasi benda-benda, peristiwa, pertanyaan aku di lirik dalam prespeksi sejajar dan objektif.
6.        Puisi-puisi yang religius dengan kecenderungan menciptakan penggambaran yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun.
7.        Banyak puisi yang diciptakan tidak menggunakan sistem pembuatan bait.
8.        Penggunaan citraan alam benda.
9.        Materi yang digarap penyair tidak hanya tentang sosial kemasyarakatan, budaya, etnis melainkan juga religi, contohnya sajak-sajak yang ditulis Ahmadun Yosi Herfanda yang sajak-sajak keagamaannya mencerminkan nuansa religius yang kushuk. Seperti puisi karyanya yang berjudul Sembahyang Rerumputan.
10.  Sosial media digunakan sebagai sarana dalam berkarya.

2.3    Sastrawan Angkatan 2000

            Pada awal abad  21, melalui PT Gramedia Widiarsana Indonesia, Korrie Layun Rampan meluncurkan buku setebal 782 yang berjudul Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia. Di dalam buku tersebut ada beberapa nama  sastrawan yang sudah berkiprah pada masa-masa sebelumnya yang dimasukkan oleh Korrie Layu Rampan, sastrawan itu antara lain: Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda, dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Beberapa nama sastrawan dan sastrawati Angkatan 2000 adalah sebagai berikut (Mujiyanto & Fuady, 2014: 148).
1.        Afrizal Malna, penyair kelahiran Jakarta 7 Juni 1957 yang pernah mengenyam pendidikan di STF Driyarkara ini menulis kumpulan sanjak Abad yang Berlari, cukup produktif menulis esai sastra, teater, dan kesenian seumumnya di media-media bergengsi. Afrizal juga menulis prosa Meditasi Sapi Betina, antologi puisi Yang Berdiam dalam Mikrofon, Mitos-Mitos Kecemasan, Kalung dari Teman, serta antalogi esai Sesuatu Indonesia, dan naskah drama “Migrasi dari Ruang Tamu”. Pada tahun 1994 Afrizal meraih Republika Awards.
2.        Ayu Utami, lahir di Bogor, 21 November 1968. Tamatan Jurusan Sastra Rusia Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Terkenal dengan novelnya yang berjudul Saman: Laila Tak Mampir di New York, pemenang pertama Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Ayu termasuk aktivis Komunitas Sastra Utan Kayu (KUK) dan Kalam Jurnal Kebudayaan bersama Goenawan Mohamad, Nirwan Dewanto, dan lain-lain. Setelah meluncurkan Saman yang sempat laris manis, Ayu menerbitkan novel Larung dan kumpulan cerpen Parasit Lajang.
3.        Seno Gumira, lahir di Boston Amerika Serikat, 19 Jin 1958, berpendidikan Jurusan Film IKJ. Terkenal sebagai seorang cerpenis dengan sejumlah penghargaan. Menerbitkan kumpulan cerpen dengan nama Seno Gumira Ajidarma: Manusia Kamar, Saksi Mata, Penembak Misterius, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan lain-lain.
4.        Oka Rusmini, lahir di Jakarta 11 Juli 1967. Lulusan Fakultas Sastra Universitas Udayana. Menulis novel Tarian Bumi, pemenang sayembara antalogi puisi Monolog Pohon. Cerpennya “Putu Menolong Tuhan” dinyatakan terbaik versi majalah Femina. Sanjak-sanjaknya dimuat dalam antologi Doa Bali Tercinta, Rindu Anak Mendukung Kasih, Negeri Bayang-Bayang, Mimbar Penyair Abad 21.
5.        D. Zawawi Imron dilahirkan di Batang-batang, Sumatera, 19 September 1946. Terkenal sebagai penyair otodidak, berpendidikan pesantren asal Madura. Karya-karyanya berupa kumpulan puisi: Madura, Akulah Lautmu, Ibu,  Semerbak Mayang,  Nenek Moyangku Air Mata pemenang Yayasan Buku Utama Departemen Kebudayaan. Zawawi juga menceritakan kembali dalam bentuk buku Ni Peri Tunjung Wulan dan Bangsacara Rajapadmi.










BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Pada masa ini, banyak sekali muncul pengarang wanita. Mereka umumnya menulis dengan ungkapan perasaan dan pikiran yang tajam dan bebas. Ada di antara mereka yang berani menampilkan nuansa-nuansa erotik, bahkan hal-hal yang seksual, yang justru lebih berani dibandingkan dengan sastrawan pada umumnya.  Ada beberapa ciri angkatan 2000, yaitu; 1. Tema sosial politik,romantik,masih mewarnai karya sastra. 2.banyak muncul kaum perempuan.3. adanya sastra bertema gender,perkelaminan,seks,dan feminisme 4. Banyak muncul karya populeratau gampang dicerna, dan dipahami pembaca. 5. Adanya sastra religi. Beberapa nama sastrawan dan sastrawati Angkatan 2000 adalah sebagai berikut:  Afrizal Malna, Ayu Utami, Seno Gumira, Oka Rusmini,  D. Zawawi Imron.
3.2  Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu untuk para pembaca apabila menemui beberapa kesalahan dalam makalah ini kami mengharap kritik dan sasran dari pembaca.











DAFTAR PUSTAKA

Mujiyanto,Yant dan Fuady.2014.Kitab Sejarah Sastra Indonesia. Yogyakarta:Penerbit Ombak.
Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta Timur: Penerbit Nobel Edumedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar