I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Berbicara
merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang
bertujuan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan (Tarigan, dalam Wendra, 2015: 3). Dengan berbicara,
seseorang tidak hanya mampu menyampaikan gagasan tetapi juga mampu
berkomunikasi kepada siapapun.
Mampu
berbicara secara lancar dan mudah adalah dambaan atau harapan setiap orang.
Bagaimana tidak, karena untuk dapat berbicara lancar tentunya akan membutuhkan
waktu yang cukup panjang dalam berlatih dan merencanakannya. Dalam keterampilan
berbicara termasuk sulit diajarkan karena menuntut kesiapan, mental, dan
keberanian dari seorang pembicara. Kalau kita amati dalam kehidupan
sehari-hari, terlihat banyak sekali orang yang berbicara di depan umum tidak
sistematis dengan bahasa yang sukar ditangkap maknanya secara langsung. Hal itu
disebabkan karena tidak adanya perencanaan yang dilakukan pembicara sebelum melakukan
suatu pembicaraan. Seorang pembicara dituntut tekun berlatih dan disertai
dengan upaya persiapan yang matang.
Dengan
berpedoman pada prinsip bahwa sesuatu yang direncanakan akan menghasilkan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa persiapan, maka saat melakukan
pembicaraan terutama saat berbicara di depan orang banyak dalam acara tertentu
memerlukan adanya persiapan (Wendra, 2015: 76), agar tidak terjadi
kesalahan-kesalahan dalam berbicara. Oleh karena itu, penyusun membuat makalah
yamg berjudul “Merencanakan Pembicaraan” guna membentuk pembicara yang ideal
serta berkompeten. Hal-hal yang terkait dengan merencanakan pembicaraan
diuraikan dalam makalah ini.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yang merupakan masalah
utama, yaitu:
1.
Apa ciri-ciri pembicara ideal?
2.
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan
dalam merencanakan suatu pembicaraan?
3.
Bagaimana cara melatih kemampuan
berbicara?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini
yaitu :
1. Untuk
mengetahui ciri-ciri pembicara ideal.
2. Untuk
mengetahui langkah-langkah yang dilakukan dalam merencanakan suatu pembicaraan.
3. Untuk mengetahui cara melatih kemampuan
berbicara.
1.4
MANFAAT
Makalah
ini bermanfaat bagi semua kalangan, adapun manfaat makalah ini, yaitu:
1. Bagi
Mahasiswa
Untuk mengetahui rencana yang dilakukan sebelum
berbicara sebagai upaya meningkatkan kemampuan dalam berbicara sehingga bisa
menjadi pembicara yang baik.
2. Bagi
Pembaca
Untuk menambah wawasaan terkait dengan perencanaan
yang harus dilakukan sebelum berbicara.
II
PEMBAHASAN
2.1 CIRI-CIRI PEMBACA IDEAL
Pembicara ideal adalah
seorang pembicara yang mampu berbicara dengan lancar, jelas, dan menarik.
Pembicara ideal harus memiliki keterampilan berbicara yang baik agar pendengar
mudah memahami topik yang disampaikan.
Seseorang dikatakan
sebagai pembicara ideal apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Wendra,
2015: 70) :
1. Memilih
topik yang tepat
Topik pembicara menentukan antusias
tidaknya pendengar mengikuti pembicaraan tersebut. Apabila topik sesuai dengan
minat, kemampuan, dan kebutuhan pendengar maka perhatian mereka pun secara
otomatis tertuju pada topik yang disampaikan pembicara tersebut.
2. Menguasai
materi
Pembicara yang baik jauh sebelum
pembicaraan berlangsung sudah mempelajari, memahami, menghayati, dan menguasai
materi pembicaraan. Tidak tanggung-tanggung pembicara yang baik berusaha
menelaah dari berbagai sumber acuan dan sudut pandang sehingga jelas kaitannya
dengan ilmu yang relevan serta jelas manfaatnya bagi pendengarnya.
3. Memahami
latar belakang pendengar
Seorang pembicara yang baik sebelum
pembicaraan berlangsung harus memahami dengan baik pendengarnya dengan cara
mengumpulkan informasi berkenaan dengan pendengarnya, misalnya tentang :
(a) jumlahnya
(b) jenis
kelamin
(c) pekerjaannya
(d) tingkat
pendidikannya
(e) minatnya
(f) nilai
yang dianut
(g) kebiasaannya
4. Memahami
situasi
Proses pembicaraan sangat bersifat
situasional artinya sangat ditentukan oleh situasi yang menaungi saat
pembicaraan berlangsung. Situasi yang menaungi dimaksud di antaranya ruang, waktu,
dan peralatan. Pembicara yang baik akan mengidentifikasi mengenai ruangan,
waktu, peralatan penunjang berbicara dan suasana.
5. Mempunyai
tujuan yang jelas
Pembicaraan menjadi jelas dan terarah
apabila tujuan pembicaraanya ditentukan dengan tegas, jelas dan gamblang
sehingga pembicara tahu persis kemana ia hendak membawa para pendengarnya.
6. Menjalin
kontak dengan pendengar
Menjalin kontak antara pembicara dan
pendengar saat proses pembicaraan itu berarti antara pembicara dan pendengar
saling memperhatikan dan menghargai sehingga pembicaraan menjadi hidup. Cara
yang dilakukan untuk menjalin kontak dengan pendengar misalnya berusaha
memahami reaksi emosi dan perasaan pendengarnya serta mengadakan kontak batin
dengan pendengarnya melalui pandangan mata, perhatian, anggukan, atau senyuman.
7. Memiliki
kemampuan linguistik
Linguistik yang dimaksud adalah hal yang
terkait dengan bahasa yang baik dalam bentuknya berupa kata, ungkapan, kalimat,
paragraf, maupun wacana yang digunakan.
8. Menguasai
pendengar
Pembicara harus dapat membangkitkan
semangat pendengar, membuat mereka berpikir tentang ide-ide yang disampaikan
pembicara yang sebelumnya tidak pernah mereka pikirkan (Vincent Chapel, 2004).
9. Memanfaatkan
alat bantu
Untuk lebih memudahkan pendengar
memahami penjelasannya, pembicara harus memanfaatkan alat-alat bantu seperti
skema, diagram, statistik, gambar-gambar dan sebagainya.
10. Meyakinkan
dalam penampilan
Pembicara harus tampil meyakinkan
pendengar dari segala sisi, baik dari segi penguasaan materi, cara penyampaian,
bahasa ataupun tingkah laku.
11. Mempunyai
rencana
Pembicara yang baik menerapkan prinsip
bahwa sesuatu yang direncanakan hasilnya akan lebih baik daripada yang tidak
direncanakan.
Hal yang dipersiapkan sebelum melakukan
pembicaraan mulai dari:
(a) memilih
topik
(b) memahami
dan menguji topik
(c) menganalisis
pendengar
(d) menyusun
kerangka pembicaraan
(e) menguji
cobakan
(f) meyakinkan
2.2
MERENCANAKAN PEMBICARAAN
Keterampilan
berbicara di depan khalayak ramai, istilah asingnya public speaking, tidak akan muncul begitu saja pada diri seseorang.
Keterampilan itu diperoleh setelah melalui berbagai latihan dan praktik
penggunaannya, maka saat melakukan pembicaraan terutama saat berbicara di depan
orang banyak dalam acara tertentu memerlukan adanya persiapan atau perencanaan.
Ehninger
dkk. (dalam Wendra, 2015: 76) mengajukan delapan langkah yang harus dilalui
dalam mempersiapkan sesuatu pembicaraan. Kedelapan langkah tersebut antara
lain:
(a) menyeleksi
dan memusatkan pokok pembicaraan
(b) menetukan
tujuan khusus pembicaraan
(c) menganalisis
pendengar dan situasi
(d) mengumpulkan
materi pembicaraan
(e) menyusun
kerangka dasar (out line ) pembicara
(f) mengembangkan
kerangka dasar
(g) berlatih
dengan suara keras, jelas dan lancar
(h) menyajikan
pembicaraan
Gorys
Keraf (dalam Wendra, 2015: 77) mengusulkan tiga langkah pokok dalam
merencanakan suatu pembicaraan. Ketiga langkah pokok itu ialah:
(1) meneliti
masalah
(2) menyusun
uraian
(3) mengadakan
latihan
Langkah
pokok yang masih bersifat umum itu masih bisa dikembangkan menjadi
langkah-langkah yang lebih spesifik. Hasil perkembangan langkah yang bersifat
umum menjadi bersifat khusus adalah sebagai berikut:
(a) menentukan
maksud
(b) menganalisis
pendengar dan situasi
(c) memilih
dan menyimpulkan topik
(d) mengumpulkan
bahan
(e) membuat
kerangka uraian
(f) menguraikan
secara detail
(g) melatih
dengan suara nyaring.
Wainright
(dalam Wendra, 2015: 77) menyarankan enam langkah yang harus dilalui dan
dikuasai seseorang agar dapat menjadi pembicara yang baik. Langkah-langkah yang
disarankan oleh Wainright tersebut adalah:
(a)
memilih topik
(b)
memahami dan menguji topik
(c)
memahami latar belakang pendengar dan
situasi
(d)
menyusun kerangka pembicaraan
(e)
mengujicobakan
(f)
menyajikan
Langkah-langkah yang
disarankan oleh Wainright akan diuraikan lebih rinci, yaitu sebagai berikut:
(1)
Memilih Topik
Berbicara
di depan khalayak hakikatnya menyampaikan suatu ide atau gagasan kepada
pendengar. Ide atau gagasan inilah yang akan menjadi topik pembicaan.
Pastikanlah topik yang disampaikan mempunyai relevansi dengan dunia pendengar
(Vincent Chapel, 2004:8).
(2)
Memahami dan Menguji Topik
Topik
pembicaraan merupakan pusat perhatian pendengar. Sebagai pusat perhatian, topik
harus dipahami dan dikuasai dengan baik oleh pembicara agar pembicara dapat
dengan leluasa dan sistematis dalam menyampaikan kepada pendengar.
(3)
Memahami Pendengar dan Situasi
Sebelum
pembicaraan berlangsung, pembicara harus menganalisis latar belakang pendengar
dan situasi. Untuk itu informasi yang tepat mengenai pendengar sangat berguna
bagi pembicara sebagai dasar penentuan strategi berbicara.
Di
samping faktor pendengar, faktor situasi pun harus dianalisis karena aktivitas
yang bersifat situasional artinya sangat ditentukan oleh faktor situasi yang
mendukung pembicaraan
(4)
Menyusun Kerangka Pembicaraan
Kerangka
pembicaraan merupakan alur pembicaraan yang dapat mempermudah baik bagi
pembicara maupun bagi pendengar. Kerangka pembicaraan yang tersusun baik sangat
bermanfaat bagi pembicara sendiri dan juga pendengar. Bagi pembicara kerangka
itu berfungsi sebagai pedoman, penuntun arah mengisi pembicaraan. Bagi
pendengar kerangka dapat berfungsi sebagai sarana memudahkan mengikuti dan
memahami isi pembicaraan.
Kerangka
pembicaraan biasanya mengandung tiga komponen, yakni:
(a) pendahuluan
(b) isi
(c) penutup
Bagian
pendahuluan atau pengantar, berisi uraian singkat mengenai tujuan pembicaraan,
isi atau apa yang dibicarakan. Bagian isi berisi penjelasan mengenai topik
pembicaraan. Bagian penutup berisi uraian kesimpulan dari apa yang telah
dibicarakan.
(5)
Mengujicobakan
Bila
pembicara sudah yakin akan naskah pembicaraan itu sudah benar-benar baik maka perlu
diujicobakan. Dalam ujicoba penyajian ini, pembicara harus memilih metode
penyajian mana yang akan diterapkan. Ada empat metode penyampaian yang dapat
dipilih, yaitu:
(a) secara
mendadak
(b) berdasarkan
catatan kecil (butir-butir tertentu)
(c) berdasarkan
hafalan
(d) berdasarkan
naskah
(6)
Menyajikan
Dalam
menyajikan, pembicara harus berpedoman pada butir-butir yang telah diturunkan
dari naskah pembicaraan. Selain itu, hal yang harus diperhatikan yaitu
penguasaan materi, cara penyampaian materi, bahasa, penampilan, suara.
2.3 CARA LATIHAN
BERBICARA
Sebelum menyajikan
suatu pembicaraan tentu harus berlatih berbicara terlebih dahulu agar pembicara
dapat berbicara dengan lancar dan menguasai materi yang akan disampaikannya.
Adapun beberapa cara
untuk melatih berbicara adalah sebagai berikut:
1. Membiasakan
diri berbicara di depan orang banyak
Banyak
orang berusaha menghindar ketika diminta berbicara di depan orang banyak dengan
berbagai alasan. Padahal jika dibiasakan maka berbagai masalah itu bisa
teratasi. Semakin sering berbicara di depan umum maka masalah apapun akan mudah
dihadapi, seseorang dapat berbicara dengan lancar dengan rasa percaya diri.
2. Aktif
dalam organisasi
Kegiatan
oraganisasi menuntut seseorang untuk banyak berbicara. Aktif dalam organisasi
akan melatih seseorang berbicara dengan lancar karena di dalam organisasi
ketika rapat ataupun melakukan pengumuman maka saat itulah kesempatan melatih
kemampuan berbicara.
3. Bergaul
Bergaul
adalah cara yang paling mudah untuk melatih berbicara karena ketika bergaul seseorang
akan aktif berdiskusi atau sekedar basa-basi untuk melatih keterampilan
berbicaranya.
4. Berbicara
di depan cermin
Jika
tidak ingin melibatkan orang lain, cara ini tepat dilakukan karena ketika
latihan berbicara di depan cermin maka pembicara mengetahui apa yang harus
dilakukan ketika berbicara di depan umum agar terasa nyaman. Pembicara
mempraktikkan dengan berdiri di depan cermin dengan membayangkan di dalam benak
bahwa ada pendengar yang mendengarkannya.
5. Berbicara
dengan direkam
Melatih
kemampuan berbicara juga bisa dilakukan dengan cara merekam, baik itu berupa
audio ataupun video. Jika merekam berupa audio pembicara akan mengetahui
bagaimana suaranya ketika berbicara dan apabila menggunakan video pembicara
bisa mendengarkan suara sekaligus ekspresi dan gestur. Berbicara dengan direkam
sebaiknya berupa video agar pembicara tahu kekurangan-kekurangan yang harus
diperbaiki, baik itu gestur, suara, maupun ekspresi.
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan
di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Ciri-ciri pembicara ideal perlu dikenal,
dipahami, dan dihayati serta diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri pembicara
ideal, yaitu:
1.
Memilih topik yang tepat
2.
Menguasai materi
3.
Memahami latar belakang pendengar
4.
Memahami situasi
5.
Mempunyai tujuan yang jelas
6.
Menjalin kontak dengan pendengar
7.
Kemampuan linguistik yang tinggi
8.
Menguasai pendengar
9.
Memanfaatkan alat bantu
10. Penampilan
yang meyakinkan
11. Berencana.
2.
Merencanakan pembicaraan sangat penting
dilakukan karena sesuatu yang direncanakanakan menghasilkan yang lebih baik
dibandingkan dengan tanpa persiapan. Langkah-langkah menyusun perencanaan yang
baik:
1. Memilih
topik
2. Menguasai
dan menguji topik
3. Memahami
pendengar
4. Menyusun
kerangka pembicaraan
5. Mengujicobakan
6. Menyajikan
3. Untuk
menjadi pembicara ideal bukanlah hal yang mudah haruslah latihan terlebih dulu.
Adapun cara melatih berbicara adalah:
1.
Membiasakan diri berbicara di depan
orang banyak
2. Aktif
dalam organisasi
3. Bergaul
4. Berbicara
di depan cermin
5. Berbicara
dengan direkam
3.2 SARAN
Dalam kegiatan
berbicara diharapkan pembicara mampu berbicara dengan baik dan benar agar
pendengar dapat dengan mudah memahami topik yang dibicarakan oleh pembicara
tersebut. Sebagai pembicara yang baik perlu merencanakan pembicaraan agar
ketika menyajikan atau menyampaikan topik tidak terjadi kesalahan-kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Wendra, I Wayan. 2015. Keterampilan Berbicara Monolog. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar