Senin, 12 November 2018

Makalah Berbicara: Merencanakan Pembicaraan


I
PENDAHULUAN

      
1.1  LATAR BELAKANG
Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang bertujuan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Tarigan, dalam Wendra, 2015: 3). Dengan berbicara, seseorang tidak hanya mampu menyampaikan gagasan tetapi juga mampu berkomunikasi kepada siapapun.
Mampu berbicara secara lancar dan mudah adalah dambaan atau harapan setiap orang. Bagaimana tidak, karena untuk dapat berbicara lancar tentunya akan membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam berlatih dan merencanakannya. Dalam keterampilan berbicara termasuk sulit diajarkan karena menuntut kesiapan, mental, dan keberanian dari seorang pembicara. Kalau kita amati dalam kehidupan sehari-hari, terlihat banyak sekali orang yang berbicara di depan umum tidak sistematis dengan bahasa yang sukar ditangkap maknanya secara langsung. Hal itu disebabkan karena tidak adanya perencanaan yang dilakukan pembicara sebelum melakukan suatu pembicaraan. Seorang pembicara dituntut tekun berlatih dan disertai dengan upaya persiapan yang matang.
Dengan berpedoman pada prinsip bahwa sesuatu yang direncanakan akan menghasilkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa persiapan, maka saat melakukan pembicaraan terutama saat berbicara di depan orang banyak dalam acara tertentu memerlukan adanya persiapan (Wendra, 2015: 76), agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam berbicara. Oleh karena itu, penyusun membuat makalah yamg berjudul “Merencanakan Pembicaraan” guna membentuk pembicara yang ideal serta berkompeten. Hal-hal yang terkait dengan merencanakan pembicaraan diuraikan dalam makalah ini.
1.2  RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yang merupakan masalah utama, yaitu:
1.      Apa ciri-ciri pembicara ideal?
2.      Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam merencanakan suatu pembicaraan?
3.      Bagaimana cara melatih kemampuan berbicara?

1.3  TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini yaitu :
1.      Untuk mengetahui ciri-ciri pembicara ideal.
2.      Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan dalam merencanakan suatu pembicaraan.
3.       Untuk mengetahui cara melatih kemampuan berbicara.
1.4  MANFAAT
Makalah ini bermanfaat bagi semua kalangan, adapun manfaat makalah ini, yaitu:
1.      Bagi Mahasiswa
Untuk mengetahui rencana yang dilakukan sebelum berbicara sebagai upaya meningkatkan kemampuan dalam berbicara sehingga bisa menjadi pembicara yang baik.
2.      Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasaan terkait dengan perencanaan yang harus dilakukan sebelum berbicara.
  


II
PEMBAHASAN

2.1 CIRI-CIRI PEMBACA IDEAL

Pembicara ideal adalah seorang pembicara yang mampu berbicara dengan lancar, jelas, dan menarik. Pembicara ideal harus memiliki keterampilan berbicara yang baik agar pendengar mudah memahami topik yang disampaikan.
Seseorang dikatakan sebagai pembicara ideal apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Wendra, 2015: 70) :
1.      Memilih topik yang tepat
Topik pembicara menentukan antusias tidaknya pendengar mengikuti pembicaraan tersebut. Apabila topik sesuai dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan pendengar maka perhatian mereka pun secara otomatis tertuju pada topik yang disampaikan pembicara tersebut.

2.      Menguasai materi
Pembicara yang baik jauh sebelum pembicaraan berlangsung sudah mempelajari, memahami, menghayati, dan menguasai materi pembicaraan. Tidak tanggung-tanggung pembicara yang baik berusaha menelaah dari berbagai sumber acuan dan sudut pandang sehingga jelas kaitannya dengan ilmu yang relevan serta jelas manfaatnya bagi pendengarnya.
                 
3.      Memahami latar belakang pendengar
Seorang pembicara yang baik sebelum pembicaraan berlangsung harus memahami dengan baik pendengarnya dengan cara mengumpulkan informasi berkenaan dengan pendengarnya, misalnya tentang :
(a)    jumlahnya
(b)   jenis kelamin
(c)    pekerjaannya
(d)   tingkat pendidikannya
(e)    minatnya
(f)    nilai yang dianut
(g)   kebiasaannya

4.      Memahami situasi
Proses pembicaraan sangat bersifat situasional artinya sangat ditentukan oleh situasi yang menaungi saat pembicaraan berlangsung. Situasi yang menaungi dimaksud di antaranya ruang, waktu, dan peralatan. Pembicara yang baik akan mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan penunjang berbicara dan suasana.


5.      Mempunyai tujuan yang jelas
Pembicaraan menjadi jelas dan terarah apabila tujuan pembicaraanya ditentukan dengan tegas, jelas dan gamblang sehingga pembicara tahu persis kemana ia hendak membawa para pendengarnya.

6.      Menjalin kontak dengan pendengar
Menjalin kontak antara pembicara dan pendengar saat proses pembicaraan itu berarti antara pembicara dan pendengar saling memperhatikan dan menghargai sehingga pembicaraan menjadi hidup. Cara yang dilakukan untuk menjalin kontak dengan pendengar misalnya berusaha memahami reaksi emosi dan perasaan pendengarnya serta mengadakan kontak batin dengan pendengarnya melalui pandangan mata, perhatian, anggukan, atau senyuman.

7.      Memiliki kemampuan linguistik
Linguistik yang dimaksud adalah hal yang terkait dengan bahasa yang baik dalam bentuknya berupa kata, ungkapan, kalimat, paragraf, maupun wacana yang digunakan.

8.      Menguasai pendengar
Pembicara harus dapat membangkitkan semangat pendengar, membuat mereka berpikir tentang ide-ide yang disampaikan pembicara yang sebelumnya tidak pernah mereka pikirkan (Vincent Chapel, 2004).

9.      Memanfaatkan alat bantu
Untuk lebih memudahkan pendengar memahami penjelasannya, pembicara harus memanfaatkan alat-alat bantu seperti skema, diagram, statistik, gambar-gambar dan sebagainya.

10.  Meyakinkan dalam penampilan
Pembicara harus tampil meyakinkan pendengar dari segala sisi, baik dari segi penguasaan materi, cara penyampaian, bahasa ataupun tingkah laku.

11.  Mempunyai rencana
Pembicara yang baik menerapkan prinsip bahwa sesuatu yang direncanakan hasilnya akan lebih baik daripada yang tidak direncanakan.
Hal yang dipersiapkan sebelum melakukan pembicaraan mulai dari:
(a)    memilih topik
(b)   memahami dan menguji topik
(c)    menganalisis pendengar
(d)   menyusun kerangka pembicaraan
(e)    menguji cobakan
(f)    meyakinkan
                                                                                          
2.2 MERENCANAKAN PEMBICARAAN
Keterampilan berbicara di depan khalayak ramai, istilah asingnya public speaking, tidak akan muncul begitu saja pada diri seseorang. Keterampilan itu diperoleh setelah melalui berbagai latihan dan praktik penggunaannya, maka saat melakukan pembicaraan terutama saat berbicara di depan orang banyak dalam acara tertentu memerlukan adanya persiapan atau perencanaan.
Ehninger dkk. (dalam Wendra, 2015: 76) mengajukan delapan langkah yang harus dilalui dalam mempersiapkan sesuatu pembicaraan. Kedelapan langkah tersebut antara lain:
(a)    menyeleksi dan memusatkan pokok pembicaraan
(b)   menetukan tujuan khusus pembicaraan
(c)    menganalisis pendengar dan situasi
(d)   mengumpulkan materi pembicaraan
(e)    menyusun kerangka dasar (out line ) pembicara
(f)    mengembangkan kerangka dasar
(g)   berlatih dengan suara keras, jelas dan lancar
(h)   menyajikan pembicaraan
Gorys Keraf (dalam Wendra, 2015: 77) mengusulkan tiga langkah pokok dalam merencanakan suatu pembicaraan. Ketiga langkah pokok itu ialah:
(1)   meneliti masalah
(2)   menyusun uraian
(3)   mengadakan latihan
Langkah pokok yang masih bersifat umum itu masih bisa dikembangkan menjadi langkah-langkah yang lebih spesifik. Hasil perkembangan langkah yang bersifat umum menjadi bersifat khusus adalah sebagai berikut:
(a)    menentukan maksud
(b)   menganalisis pendengar dan situasi
(c)    memilih dan menyimpulkan topik
(d)   mengumpulkan bahan
(e)    membuat kerangka uraian
(f)    menguraikan secara detail
(g)   melatih dengan suara nyaring.
Wainright (dalam Wendra, 2015: 77) menyarankan enam langkah yang harus dilalui dan dikuasai seseorang agar dapat menjadi pembicara yang baik. Langkah-langkah yang disarankan oleh Wainright tersebut adalah:
(a)    memilih topik
(b)   memahami dan menguji topik
(c)    memahami latar belakang pendengar dan situasi
(d)   menyusun kerangka pembicaraan
(e)    mengujicobakan
(f)    menyajikan
Langkah-langkah yang disarankan oleh Wainright akan diuraikan lebih rinci, yaitu sebagai berikut:
(1)   Memilih Topik
Berbicara di depan khalayak hakikatnya menyampaikan suatu ide atau gagasan kepada pendengar. Ide atau gagasan inilah yang akan menjadi topik pembicaan. Pastikanlah topik yang disampaikan mempunyai relevansi dengan dunia pendengar (Vincent Chapel, 2004:8).

(2)   Memahami dan Menguji Topik
Topik pembicaraan merupakan pusat perhatian pendengar. Sebagai pusat perhatian, topik harus dipahami dan dikuasai dengan baik oleh pembicara agar pembicara dapat dengan leluasa dan sistematis dalam menyampaikan kepada pendengar.

(3)   Memahami Pendengar dan Situasi
Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara harus menganalisis latar belakang pendengar dan situasi. Untuk itu informasi yang tepat mengenai pendengar sangat berguna bagi pembicara sebagai dasar penentuan strategi berbicara.
Di samping faktor pendengar, faktor situasi pun harus dianalisis karena aktivitas yang bersifat situasional artinya sangat ditentukan oleh faktor situasi yang mendukung pembicaraan

(4)   Menyusun Kerangka Pembicaraan
Kerangka pembicaraan merupakan alur pembicaraan yang dapat mempermudah baik bagi pembicara maupun bagi pendengar. Kerangka pembicaraan yang tersusun baik sangat bermanfaat bagi pembicara sendiri dan juga pendengar. Bagi pembicara kerangka itu berfungsi sebagai pedoman, penuntun arah mengisi pembicaraan. Bagi pendengar kerangka dapat berfungsi sebagai sarana memudahkan mengikuti dan memahami isi pembicaraan.
Kerangka pembicaraan biasanya mengandung tiga komponen, yakni:
(a)    pendahuluan
(b)   isi
(c)    penutup
Bagian pendahuluan atau pengantar, berisi uraian singkat mengenai tujuan pembicaraan, isi atau apa yang dibicarakan. Bagian isi berisi penjelasan mengenai topik pembicaraan. Bagian penutup berisi uraian kesimpulan dari apa yang telah dibicarakan.
(5)   Mengujicobakan
Bila pembicara sudah yakin akan naskah pembicaraan itu sudah benar-benar baik maka perlu diujicobakan. Dalam ujicoba penyajian ini, pembicara harus memilih metode penyajian mana yang akan diterapkan. Ada empat metode penyampaian yang dapat dipilih, yaitu:
(a)    secara mendadak
(b)   berdasarkan catatan kecil (butir-butir tertentu)
(c)    berdasarkan hafalan
(d)   berdasarkan naskah

(6)   Menyajikan
Dalam menyajikan, pembicara harus berpedoman pada butir-butir yang telah diturunkan dari naskah pembicaraan. Selain itu, hal yang harus diperhatikan yaitu penguasaan materi, cara penyampaian materi, bahasa, penampilan, suara.
2.3 CARA LATIHAN BERBICARA
Sebelum menyajikan suatu pembicaraan tentu harus berlatih berbicara terlebih dahulu agar pembicara dapat berbicara dengan lancar dan menguasai materi yang akan disampaikannya.
Adapun beberapa cara untuk melatih berbicara adalah sebagai berikut:
1.      Membiasakan diri berbicara di depan orang banyak
Banyak orang berusaha menghindar ketika diminta berbicara di depan orang banyak dengan berbagai alasan. Padahal jika dibiasakan maka berbagai masalah itu bisa teratasi. Semakin sering berbicara di depan umum maka masalah apapun akan mudah dihadapi, seseorang dapat berbicara dengan lancar dengan rasa percaya diri.

2.      Aktif dalam organisasi
Kegiatan oraganisasi menuntut seseorang untuk banyak berbicara. Aktif dalam organisasi akan melatih seseorang berbicara dengan lancar karena di dalam organisasi ketika rapat ataupun melakukan pengumuman maka saat itulah kesempatan melatih kemampuan berbicara.

3.      Bergaul
Bergaul adalah cara yang paling mudah untuk melatih berbicara karena ketika bergaul seseorang akan aktif berdiskusi atau sekedar basa-basi untuk melatih keterampilan berbicaranya.

4.      Berbicara di depan cermin
Jika tidak ingin melibatkan orang lain, cara ini tepat dilakukan karena ketika latihan berbicara di depan cermin maka pembicara mengetahui apa yang harus dilakukan ketika berbicara di depan umum agar terasa nyaman. Pembicara mempraktikkan dengan berdiri di depan cermin dengan membayangkan di dalam benak bahwa ada pendengar yang mendengarkannya.



5.      Berbicara dengan direkam
Melatih kemampuan berbicara juga bisa dilakukan dengan cara merekam, baik itu berupa audio ataupun video. Jika merekam berupa audio pembicara akan mengetahui bagaimana suaranya ketika berbicara dan apabila menggunakan video pembicara bisa mendengarkan suara sekaligus ekspresi dan gestur. Berbicara dengan direkam sebaiknya berupa video agar pembicara tahu kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki, baik itu gestur, suara, maupun ekspresi.




III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.        Ciri-ciri pembicara ideal perlu dikenal, dipahami, dan dihayati serta diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri pembicara ideal, yaitu:
1.        Memilih topik yang tepat
2.        Menguasai materi
3.        Memahami latar belakang pendengar
4.        Memahami situasi
5.        Mempunyai tujuan yang jelas
6.        Menjalin kontak dengan pendengar
7.        Kemampuan linguistik yang tinggi
8.        Menguasai pendengar
9.        Memanfaatkan alat bantu
10.    Penampilan yang meyakinkan
11.    Berencana.
2.        Merencanakan pembicaraan sangat penting dilakukan karena sesuatu yang direncanakanakan menghasilkan yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa persiapan. Langkah-langkah menyusun perencanaan yang baik:
1.      Memilih topik
2.      Menguasai dan menguji topik
3.      Memahami pendengar
4.      Menyusun kerangka pembicaraan
5.      Mengujicobakan
6.      Menyajikan
3.      Untuk menjadi pembicara ideal bukanlah hal yang mudah haruslah latihan terlebih dulu.
Adapun cara melatih berbicara adalah:
1.      Membiasakan diri berbicara di depan orang banyak
2.      Aktif dalam organisasi
3.      Bergaul
4.      Berbicara di depan cermin
5.      Berbicara dengan direkam
3.2 SARAN
Dalam kegiatan berbicara diharapkan pembicara mampu berbicara dengan baik dan benar agar pendengar dapat dengan mudah memahami topik yang dibicarakan oleh pembicara tersebut. Sebagai pembicara yang baik perlu merencanakan pembicaraan agar ketika menyajikan atau menyampaikan topik tidak terjadi kesalahan-kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Wendra, I Wayan. 2015. Keterampilan Berbicara Monolog. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar