BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intelek merupakan suatu karunia yang
dimiliki individu untuk mengembangkan dan mempertahankan hidupnya serta merupakan
suatu usaha individu untuk mendekatkan atau menghambakan dirinya kepada
Pencipta-Nya. Sejak lahir, seorang anak sudah mempunyai pikiran atau intelek,
namun masih sangat bergantung pada orang lain untuk memenuhi perkembangan
hidupnya. Dalam perkembangan, anak semakin meningkatkan berbagai kemampuan
untuk mengurangi ketergantungan dirinya pada orang lain dan berusaha untuk
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Manusia tumbuh dan berkembang
pada masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Pada masa
remaja, terjadi berbagai perkembangan yang sangat pesat salah satunya perkembangan
intelek. Umumnya anak yang memasuki usia remaja berumur kira-kira 12 tahun.
Pada masa ini, intelek atau pikirannya sudah mulai terlihat perkembangannya.
Pikiran remaja sudah mulai kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di
sekitarnya.
Perkembangan intelek
sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah
kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang di
dalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan serta
kegiatan mental seperti berpikir, menimbang, mengamati, mengingat,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persoalan yang
berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.
Saat ini banyak sekali
orangtua maupun guru menganggap intelek anak
sama satu sama lainnya, sehingga orangtua maupun guru sering
membanding-bandingkan anak yang inteleknya tinggi dengan anak yang inteleknya
rendah, bahkan tidak jarang orangtua maupun guru kurang memberikan kesempatan
pada anak yang inteleknya kurang. Hal ini tentu membuat semangat anak yang
inteleknya rendah menjadi turun untuk mengembangkan inteleknya. Oleh karena itu, kami menyusun makalah yang
berjudul “Perkembangan Intelek pada Remaja” guna meluruskan pemikiran orangtua
dan guru bahwa intelek anak tidak sama satu dengan yang lainnya.
1.2 Rumuisan Masalah
1. Apa
Pengertian intelek dan inteligensi ?
2. Bagaimana
hubungan antara intelek dan tingkah laku ?
3. Bagaimana
karakteristik perkembangan intelek remaja ?
4. Apa
saja faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan intelek ?
5. Apa
perbedaan individu dalam kemampuan dan perkembangan intelek ?
6. Bagaimana
usaha-usaha dalam membantu mengembangkan intelek remaja dalam
proses
pembelajaran ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui Pengertian intelek dan inteligensi
2. Untuk
mengetahui hubungan antara intelek dan tingkah laku
3. Untuk
mengetahui karakteristik perkembangan intelek remaja
4. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan intelek
5. Untuk
mengetahui perbedaan individu dalam kemampuan dan perkembangan intelek
6. Untuk
mengetahui usaha-usaha dalam membantu mengembangkan intelek remaja dalam
proses pembelajaran
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Intelek dan Inteligensi
Menurut
English & English dalam bukunya “A
Comprehensive Dictionary of Psychological and Psychoanalitical Terms”,
istilah intellect berarti antara
lain:
(1) kekuatan
mental di mana manusia dapat berpikir,
(2) suatu
rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktivitas yang berkenaan
dengan berpikir (misalnya menghubungkan, menimbang, dan memahami), dan
(3) kecakapan,
terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir.
Menurut
kamus Webster New World Dictionary of the
American Language, istilah intellect
berarti:
11) kecakapan
untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan,
perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. Dengan demikian kecakapan berbeda dari
kemauan dan perasaan,
22) kecakapan
mental yang besar, sangat intelligence, dan
33) pikiran
atau inteligensi.
Singgih
Gunarsa merumuskan pengertian inteligensi dalam bukunya Psikologi Remaja (1991)
antara lain:
11) Inteligensi
merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan memperoleh ilmu
pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan
dan masalah-masalah yang timbul.
22) Inteligensi adalah suatu bentuk tingkah
laku tertentu yang tampil dalam kelancaran tingkah laku.
33) Inteligensi
meliputi pengalaman-pengalaman dan kemampuan bertambahnya pengertian dan
tingkah laku dengan pola-pola baru dan mempergunakannya secara efektif.
Kemampuan berpikir atau
intelegensi diukur dengan tes intelegensi. Tes intelegensi yang terkenal adalah
tes Binet-Simon. Hasil tes intelegensi dinyatakan dalam bentuk nilai IQ
(Intellegence Quotient).
2.2
Hubungan antara Intelek dan Tingkah Laku
Pikiran remaja sering dipengaruhi
oleh ide-idedan teori-teori yang menyebabkan sikap atau perilaku kritis
terhadap situasi. Kemampuan abstraksi mempermasalahkan kenyataan dan
peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana semestinya menurut alam
pikirannya. Hal inilah yang dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus
asa.
Intelek sangat
berpengaruh terhadap tinkah laku karena semakin tinggi intelek remaja maka
sikap egosentrismenya semakin terlihat dipikirannya maupun tingkah lakunya.
Dalam hal ini, remaja terlalu menitikberatkan pikiran sendiri tanpa memikirkan
dan memperhitungkan akibat yang akan terjadi. Selain itu, remaja menganggap
pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain
mengenai dirinya.
2.3
Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja
Intelegensi pada masa
remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan
perkembangan kemampuan tersebut.
Adapun
karakteristik perkembangan intelek remaja, yaitu:
1. Pada
masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah.
2. Awal
masa remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut
“masa operasional formal”. Pada masa ini remaja telah berpikir dengan
mempertimbangkan hal yang “mungkin” di samping hal yang nyata.
3. Pada
usia 12 tahun, anak sudah dapat berpikir abstrak dan hipotek.
Dalam
berpikir operasional formal setidak-tidaknya mempunyai dua sifat yang penting,
yaitu:
a. Sifat
Deduktif Hipotesis
Dalam menyelesaikan
suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoretik. Ia
menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesis yang
mungkin.
b.
Berpikir Operasional juga Berpikir
Kombinatoris
Sifat ini merupakan
kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana melakukan analisis. Artinya, pada sifat ini
remaja tidak hanya menganalisis masalah tetapi juga remaja diminta untuk
mencari bagaimana caranya menganalisis masalah tersebut.
2.4
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Intelek
Faktor- faktor yang
memengaruhi perkembangan intelek, yaitu:
1.
Peranan pengalaman dari sekolah
Pengalaman
yang diperoleh di sekolah menyumbang secara positif terhadap peningkatan IQ
anak.
2.
Pengaruh lingkungan
Semakin
tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung semakin tinggi juga IQ anak. Tiga
unsur penting dalam keluarga yang sangat berpengaruh, yaitu:
a. Jumlah
buku, majalah, dan materi belajar lainnya yang terdapat di lingkungan keluarga.
b. Jumlah
ganjaran dan pengakuan yang diterima anak dari orangtua atas prestasi
akademiknya.
c. Harapan
orangtua akan prestasi akademik anaknya.
2.5
Perbedaan Individu dalam Kemampuan dan Perkembangan Intelek
Intelek
bersifat individu, artinya antara satu dan lainnya tidak sama persis kualitas IQnya.
Berdasarkan
nilai IQ atau kecerdasan manusia dapat dikategorikan menjadi 6 kelompok, yakni:
11) Di
bawah 70, anak mengalami kelainan mental
22)
71 – 85, anak di bawah normal
33)
86 – 115, anak yang normal
44)
116 – 130, anak di atas normal (pandai)
55)
131 – 145, anak yang superior (cerdas)
65) 145
ke atas, anak genius (istimewa).
2.6 Usaha-Usaha dalam
Membantu Mengembangkan Intelek Remaja dalam Proses Pembelajaran
Usaha-usaha membantu mengembangkan intelek remaja dalam proses pembelajaran peran
guru sangat dibutuhkan. Guru dapat membantu siswa melakukan hal ini dengan
selalu menggunakan pendekatan keterampilan proses dan dengan memberi penekanan
pada penguasaan konsep-konsep dan abstraksi-abstraksi.
Sebagai
guru, beberapa usaha yang dapat membantu mengembangkan intelek remaja dalam
proses pembelajaran, yaitu:
1. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengadakan diskusi dengan membentuk kelompok
belajar.
2.
Memberikan tugas-tugas penulisan
makalah.
3.
Menjelaskan materi dengan sabar, simpatik,
dan dengan hati terbuka.
4.
Memberikan tugas-tugas yang menantang
imajinasi dengan bermacam-macam cara.
5. Menyajikan
teka-teki yang menarik dan menantang rasa ingin tahu atau problema-problema.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa intelek adalah kecakapan mental, yang
menggambarkan kemampuan berpikir. Inteligensi adalah kemampuan seseorang dalam
berpikir dan bertindak.
Kemampuan
berpikir berpengaruh terhadap tingkah laku. Seseorang yang berkemampuan
berpikir tinggi akan cekatan dalam bertindak, terutama dalam menghadapi
permasalahan maka orang tersebut mampu bersikap mandiri. Sebaliknya seseorang
yang berkemampuan berpikir kurang akan lebih bersikap tegantung pada orang
lain.
Setiap
anak memiliki intelek dan inteligensi yang berbeda-beda, ada yang tinggi dan
ada yang rendah. Oleh karena itu peran guru sangat diperlukan dalam
meningkatkan intelek remaja dalam pembelajaran.
3.2
Saran
Setiap manusia memiliki tingkat
intelek yang berbeda-beda. Saat ini banyak sekali orangtua maupun guru
menganggap intelek anak sama satu sama
lainnya, sehingga orangtua maupun guru sering membanding-bandingkan anak yang
inteleknya tinggi dengan anak yang inteleknya rendah, bahkan tidak jarang
orangtua maupun guru kurang memberikan kesempatan pada anak yang inteleknya
kurang. Hal ini tentu membuat semangat anak yang inteleknya rendah menjadi
turun untuk mengembangkan inteleknya. Maka dari itu, sebaiknya orangtua dan
guru mengetahui tingkat intelek anak sesuai dengan umurnya agar apabila ada
kerendahan intelek akibat faktor-faktor tertentu, orangtua dan guru mampu
mengatasinya dengan melakukan berbagai usaha-usaha yang dapat mengembangkan
intelek anak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto,
H dan Agung Hartono. 1999. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar